Cerita cinta berikut mengisahkan tentang seorang wanita buta yang mendapatkan semangat baru dari sang suami tercinta yang juga mencintainya dengan tulus terlepas dari kekurangan fisik yang dimiliki oleh wanita tersebut.
Para penumpang bus memandang penuh simpati ketika seorang wanita muda yang berpenampilan menarik dan bertongkat putih menaiki tangga bus dengan hati-hati. Dia membayar sopir bus lalu sembari meraba-raba kursi, dia berjalan menyusuri lorong sampai menemukan kursi yang tadi diberitahukan oleh supir. Dia pun duduk dan meletakkan tasnya dipangkuannya dan menyandarkan tongkatnya pada tungkainya.
Setahun berlalu semenjak Anne, 34, mengalami kebutaan. Akibat salah diagnosa, Anne kehilangan penglihatannya dan terlempar ke dalam dunia yang gelap.
Sebagai sosok wanita mandiri, kejadian tersebut laksana kutukan mengerikan baginya. Penuh amarah, frustasi dan rasa kasihan pada diri sendiri akibat kini tidak berdaya dan menjadi beban bagi semua orang di sekelilingnya, dia bertanya-tanya “Bagaimana mungkin ini bisa terjadi padaku?”, hatinya mengeras karena marah. Tetapi, betapapun seringnya dia menangis atau menggerutu atau berdoa, dia mengetahui kenyataan pahit ada di depannya bahwa penglihatannya tidak akan pernah pulih.
Depresi mematahkan semangat Anne yang tadinya selalu optimis. Mengisi waktu seharian kini merupakan perjuangan berat yang menguras tenaga dan membuatnya frustrasi. Dia menjadi sangat bergantung pada sang suami, Josh. Josh yang seorang perwira Angkatan Udara mencintai Anne dengan tulus.
Ketika istri tercinta baru kehilangan penglihatannya, dia melihat bagaimana Anneh tenggelam dalam keputusasaan. Josh bertekad untuk membantunya menemukan kembali kekuatan dan rasa percaya diri yang dibutuhkan Anne untuk menjadi mandiri lagi. Latar belakang militer Josh membuatnya terlatih untuk menghadapi berbagai situasi darurat, tetapi dia tahu, ini adalah pertempuran yang paling sulit yang pernah dihadapinya.
Akhirnya setelah beberapa bulan berlalu, Anne merasa siap bekerja lagi. Tetapi, bagaimana dia akan bisa ke kantornya? Dulu biasanya dia naik bus, tetapi kini dia tidak berani untuk pergi sendirian. Josh menawarkan untuk mengantarkannya setiap hari, meskipun tempat kerja mereka terletak di pinggir kota yang berseberangan.
Mula - mula, kesepakatan itu membuat Anne nyaman dan Josh puas karena bisa melindungi istrinya yang buta, yang tidak yakin akan bisa melakukan hal-hal paling sederhana sekalipun. Tetapi, Josh segera menyadari bahwa hal tersebut adalah suatu kekeliruan. Demi kebaikannya Anne harus belajar naik bus lagi, Josh menyimpulkan dalam hati. tetapi, baru berpikir untuk menyampaikan rencana itu kepada Anne saja telah membuatnya merasa tidak enak.
Istrinya masih sangat rapuh, masih sangat labil. Bagaimana reaksinya nanti? Persis seperti dugaannya, Anne terpekik ngeri mendengar gagasan untuk naik bus lagi. “Aku buta!” tukasnya dengan pahit. “Bagaimana aku bisa tahu kemana aku pergi? Aku merasa kau akan meninggalkanku.”
Sang suami tentu sedih mendengar kata-kata itu, tetapi dia tahu apa yang harus dilakukan. Dia berjanji bahwa setiap pagi dan sore, ia akan naik bus bersama Anne, selama masih diperlukan, sampai Anne hafal dan bisa pergi sendiri. Dan itulah yang terjadi. Selama 2 minggu penuh Josh, menggunakan seragam militer lengkap, mengawal Anne pergi dan pulang dari tempat kerjanya, setiap hari. Dia mengajari Anne bagaimana menggantungkan diri pada inderanya yang lain, terutama pendengarannya, untuk menemukan dimana dia berada dan bagaimana beradaptasi dengan lingkungan yang baru.
Dia menolong Anne berkenalan dan bersahabat dengan sopir-sopir bus dan menyisakan 1 kursi kosong untuknya. Dia membuat Anne tertawa, bahkan pada hari-hari yang tidak terlalu menyenangkan ketika Anne tersandung dari bus, atau menjatuhkan tasnya di lorong bus. Setiap pagi mereka berangkat bersama-sama, setelah itu Josh akan naik taksi ke kantornya.
Meskipun pengaturan itu lebih mahal dan melelahkan daripada yang pertama, Josh yakin bahwa hanya soal waktu sebelum Anne mampu naik bus tanpa dikawal lagi. Josh percaya kepadanya, percaya kepada Anne yang dulu dikenalnya sebelum wanita itu kehilangan penglihatannya, wanita yang tidak pernah takut menghadapi tantangan apapun dan tidak akan pernah menyerah.
Akhirnya, Anne memutuskan bahwa kini dia siap melakukan perjalanan seorang diri. Sebelum berangkat, Anne memeluk Josh yang pernah menjadi teman seperjalanannya satu bus dan sahabatnya yang terbaik. Matanya berkaca-kaca, penuh air mata syukur karena kesetiaan, kesabaran dan cinta Josh untuknya. Dia mengucapkan sampai jumpa pada sang suami. Untuk pertama kalinya mereka pergi ke arah yang berlawanan. Senin, Selasa, Rabu, Kamis… Setiap hari dijalaninya dengan sempurna.
Belum pernah Anne merasa sepuas itu. Dia berhasil! Kini dia mampu berangkat kerja tanpa dikawal. Pada hari Jumat pagi, seperti biasa Anne naik bus ke tempat kerja. Setibanya di halte tujuan dan sebelum turun, sopir bus itu berkata: ”Wah, aku iri padamu.” Anne tidak yakin apakah sopir itu bicara kepadanya atau tidak. Dia habis pikir, siapa yang bisa iri pada seorang wanita buta yang sepanjang tahun lalu dihabiskannya untuk berusaha menemukan keberanian kembali dalam menjalani hidup?
Dengan penasaran, dia berkata kepada sopir, “Kenapa kamu bilang kamu iri kepadaku?” Sopir itu menjawab, “Kamu pasti senang selalu dilindungi dan dijagai seperti itu”. Anne tidak mengerti apa maksud sopir itu. Sekali lagi dia bertanya.”Apa maksudmu?” "Kamu tahu minggu kemarin, setiap pagi ada seorang pria tampan berseragam militer berdiri di sudut jalan dan mengawasimu turun dari bus. Dia memastikan bahwa kaum menyeberang dengan selamat dan mengawasimu terus sampai kamu masuk ke kantormu. Setelah itu dia meniupkan ciuman, memberi hormat ala militer, lalu pergi. Kamu wanita yang beruntung.” kata sopir itu.
Air mata bahagia membasahi pipi Anne. Karena meskipun secara fisik tidak dapat melihat Josh, dia selalu bisa memastikan kehadirannya. Dia beruntung, sangat beruntung, karena Josh memberikannya hadiah yang jauh lebih berharga daripada penglihatan, hadiah yang tak perlu dilihatnya dengan matanya untuk meyakinkan diri, hadiah cinta yang bisa menjadi penerang dimanapun ada kegelapan.
0 Response to "Inilah Cerita Cinta Seorang Wanita Buta"
Posting Komentar